Kamis, 23 Juni 2016

RUMAH SAKIT UMM DAN MASJID KH M. BEDJO DARMOLEKSONO

Rumah Sakit Pendidikan (Teaching Hospital) Universitas Muhammadiyah Malang dibangun di atas tanah ukuran 32.834 m2. Lokasi rumah sakit berada di desa Landungsari, tepatnya di sebelah timur terminal Ladungsari.
Rumah Sakit ini digunakan untuk kegiatan pendidikan kedokteran dan ilmu-ilmu kesehatan dengan menerima pasien umum.Fasilitas  yang ada adalah bangunan utama untuk pelayanan kesehatan, training centre, auditorium, paviliun, masjid, taman, parkir dan pusat kebugaran. 
Selain melayani kesehatan dengan pengobatan dan ilmu kedokteran modern, Rumah Sakit Pendidikan UMM juga membuka praktik pengobatan timur khususnya ilmu kedokteran China dan pengobatan alternatif. Nilai kekhasan inilah yang akan dikembangkan sehingga merupakan ciri khas yang tidak dimiliki oleh Rumah Sakit lain.

Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono



Masjid yang bergaya tiongkok ini diberi nama Masjid KH. Muhammad Bedjo DarmoLeksono. yang merupakan salah satu tokoh Muhammadiyah Malang. Muhammad Bedjo lahir pada tanggal 22 Juli 1909/4Rajab 1327 H di Malang dari ayah Darmalaksana dan Ibu Sarirah. Beliau menikah dengan Shufinah dan hingga akhir hayatnya tidak dikaruniai anak kandung. Namun Bedjo mengangkat lima anak yang diasuhnya hingga dewasa. Selama Belajar di Wustho Muballighin, beliau di bimbing oleh KH Nur Yasin dan Syeh Ali Kudus. Beliau mengaji kitab-kitab penting seperti Jurumiyah, Tafsir a-Jalalayn, Safinah, Asullam dan Taqrib. Setelah lulus beliau melanjutkan sekolah di Tabligh Schooll dibawah asuhan KH Badawi. disana, Bedjo mengaji Tafsir Al-Thabari, Jawahir al-Bukhari, Hidayatul Mursyidin, Mursyidul Amin, Miftahul Khitabah wal - Wa'adh dan Safinantun Najah. Sedangkan ilmu falak diperolehnya dari Siradj Dahlan. Bedjo aktif di Muhammadiyah sejak remaja menjadi anggota HW, sebagai guru Madrasah Diniyah Malang, dan ikut merintis Sekolah Menengah Islam yang akhirnya menjadi SMP Muhammadiyah. Pada awal pendirian Universitas Muhammadiyah Malang, Bedjo menjadi Pembina dan Pengawas serta aktif sebagai Ketua Cabang Muhammadiyah Malang, lalu dipercaya sebagai Konsul Muhammadiyah Daerah Malang dan Anggota Pimpinan Muhammadiyah Jawa Timur. Bedjo tidak hanya berdakwah melalui mimbar-mimbar masjid tetapi juga di sekolah, melalui siaran radio bahkan tulisan-tulisan kritis di media massa. Tulisan yang fenomenal berjudul "Tentang Islam Sentoloyo" di Suara Muhammadiyah sempat membuat majalah ini di bredel oleh Presiden Soekarno. Kepemimpinannya yang Kharismatis dibangun dari pengetahuan keislaman yang mendalam dan selalu memiliki argumentasi berdasarkan sumber-sumber yang otoritatif, Al-Quran dan Hadits hingga akhir hayatnya pada tahun 1986.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar