Rumah Sakit ini digunakan untuk kegiatan pendidikan kedokteran dan
ilmu-ilmu kesehatan dengan menerima pasien umum.Fasilitas yang ada
adalah bangunan utama untuk pelayanan kesehatan, training centre,
auditorium, paviliun, masjid, taman, parkir dan pusat kebugaran.
Selain
melayani kesehatan dengan pengobatan dan ilmu kedokteran modern, Rumah
Sakit Pendidikan UMM juga membuka praktik pengobatan timur
khususnya ilmu kedokteran China
dan pengobatan alternatif. Nilai kekhasan inilah yang akan
dikembangkan sehingga merupakan ciri khas yang tidak dimiliki oleh
Rumah Sakit lain.
Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono
Masjid yang bergaya
tiongkok ini diberi nama Masjid KH. Muhammad Bedjo DarmoLeksono. yang merupakan
salah satu tokoh Muhammadiyah Malang. Muhammad Bedjo lahir pada tanggal 22 Juli
1909/4Rajab 1327 H di Malang dari ayah Darmalaksana dan Ibu Sarirah. Beliau
menikah dengan Shufinah dan hingga akhir hayatnya tidak dikaruniai anak
kandung. Namun Bedjo mengangkat lima anak yang diasuhnya hingga dewasa. Selama
Belajar di Wustho Muballighin, beliau di bimbing oleh KH Nur Yasin dan Syeh Ali
Kudus. Beliau mengaji kitab-kitab penting seperti Jurumiyah, Tafsir a-Jalalayn,
Safinah, Asullam dan Taqrib. Setelah lulus beliau melanjutkan sekolah di
Tabligh Schooll dibawah asuhan KH Badawi. disana, Bedjo mengaji Tafsir
Al-Thabari, Jawahir al-Bukhari, Hidayatul Mursyidin, Mursyidul Amin, Miftahul
Khitabah wal - Wa'adh dan Safinantun Najah. Sedangkan ilmu falak diperolehnya
dari Siradj Dahlan. Bedjo aktif di Muhammadiyah sejak remaja menjadi anggota
HW, sebagai guru Madrasah Diniyah Malang, dan ikut merintis Sekolah Menengah
Islam yang akhirnya menjadi SMP Muhammadiyah. Pada awal pendirian Universitas
Muhammadiyah Malang, Bedjo menjadi Pembina dan Pengawas serta aktif sebagai
Ketua Cabang Muhammadiyah Malang, lalu dipercaya sebagai Konsul Muhammadiyah
Daerah Malang dan Anggota Pimpinan Muhammadiyah Jawa Timur. Bedjo tidak hanya
berdakwah melalui mimbar-mimbar masjid tetapi juga di sekolah, melalui siaran
radio bahkan tulisan-tulisan kritis di media massa. Tulisan yang fenomenal
berjudul "Tentang Islam Sentoloyo" di Suara Muhammadiyah sempat membuat
majalah ini di bredel oleh Presiden Soekarno. Kepemimpinannya yang Kharismatis
dibangun dari pengetahuan keislaman yang mendalam dan selalu memiliki
argumentasi berdasarkan sumber-sumber yang otoritatif, Al-Quran dan Hadits
hingga akhir hayatnya pada tahun 1986.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar